Selasa, 16 Desember 2008

Perusahaan AS Investasi Rp40 Triliun di Malra

LANGGUR–Sebuah perusahaan Amerika Serikat PT. Aliga bekerjasama dengan perusahaan nasional PT. Mina Marut Manado dipastikan menginvestasikan modal sebesar Rp40 triliun di Maluku Tenggara (Malra), awal 2009. Untuk maksud itu, presiden direktur kedua perusahaan menandatangani nota kesepahaman di Langgur, Malra, Selasa (16/12) tadi malam.
Nota kesepahaman ditandatangani Presiden Direktur PT Aliga Mrs Erlinda O. Humberson dan Presiden Direktur PT. Mina Marut Manado Prof. Dr Johannes Esomar Ph.D. Bupati Malra Andreas Rentanubun juga membubuhkan tandatangannya sebagai tanda persetujuan. Wakil Bupati Yunus Serang, Plt. Sekda Petrus Beruatwarin, serta sejumlah pejabat setempat ikut menyaksikan penandatanganan itu.
Dalam nota kesepahaman, PT Mina Marut memberi kuasa kepada PT Aliga untuk melaksanakan tiga proyek industri, bersama-sama dengan perusahaan setempat. Erlinda menjelaskan di Langgur, selain industri perikanan terpadu, dua industri lainnya yang akan dibangun di Malra secara bersamaan sebagai penyangga industri perikanan adalah industri biodiesel dan industri bioethanol.
Kedua industri penyangga akan menghasikan bahan bakar bagi kebutuhan armada penangkapan ikan dan kebutuhan lainnya. Bahan bakunya berupa tanaman jarak pagar (Jatropha curcas) dan singkong (enbal), yang tersebar di Malra dan Aru.
Terpilihnya Malra sebagai sasaran bisnis PT. Aliga, menurut Erlinda, karena Malra merupakan pintu selatan Pasifik yang tidak banyak diperhitungkan oleh para pengusaha internasional.
“Banyak perusahaan lebih memilih kawasan utara Pasifik sebagai area perdagangan yang dianggap lebih subur," terangnya.
Padahal, kata Erlinda, pintu perdagangan selatan pasifik memiliki peluang perdagangan internasional yang sangat menjanjikan apalagi berdekatan dengan Australia, Selandia Baru, Philipina dan Jepang.
"Jadi banyak perusahaan internasional yang memilih kawasan utara pasifik untuk mengembangkan bisnisnya tetapi kami lebih suka dan memilih kawasan selatan khusus di Malra," ujarnya.
Sebagai persiapan ke arah itu, Erlinda dan Esomar bersama timnya telah melakukan survey ke sejumlah areal petuanan adat masyarakat di Pulau Kei Kecil yang dijadikan sebagai pusat industri dan perkantoran.
"Setelah dilakukan survei sejak bulan Maret lalu hingga saat ini, kami telah menemukan dua lokasi yang tepat dan sudah siap untuk digunakan sebagai kawasan industri di Desa Ngilngof Kecamatan Kei Kecil seluas 100 hektar sedangkan 200 hektar di Dusun Semawi Desa Wain untuk perkantoran dan pabrik, " kata Esomar.
Dari hasil pendekatan dengan masyarakat setempat, menurut Esomar, warga Desa Ngilngof menyetujui lahan 100 hektar untuk pabrik ikan. Pabrik ini akan ditopang dengan kapal tangkap 30 unit ukuran 35 GT, 15 kapal longline 500-600 GT, 1 unit kapal penangkap tuna, armada pancing 15 unit, penangkap ikan 420 unit, armada penangkapan kecil 50 unit, rumpon 350 unit, ditambah dengan pusat proses, cold storage, pabrik es, pabrik daging ikan, pabrik catsuwobushi, pabrik pengalengan tuna, gudang, dan fasilitas produksi lainnya seperti perumahan nelayan, klinik kesehatan, dan pusat pembelajaran.
Selain di Ngilngof, warga Dusun Semawi Desa Wain juga menyediakan lahan 100 hektar untuk pabrik biodisel, fasilitas produksi lainnya, perkantoran, perumahan, pusat kesehatan. Di Aru dan Malra juga disetujui lahan seluas 65 ribu hektar untuk tanaman jarak pagar, 330 hektar untuk pabrik bioetanol dengan fasilitas pendukung, 100 ribu hektar untuk penanaman singkong di Aru dan Malra.
PT Mina Marut sendiri memiliki wilayah orientasi penangkapan ikan di Sulawesi Utara, Laut Halmahera, Laut Maluku, Teluk Tomini dengan pusat produksi di Kawangkoan Bawah. Sedangkan wilayah penangkapan Laut Banda, Laut Aru, dan Laut Arafuru untuk pusat produksi di Malra.
Di Amurang Sulawesi Utara, tersedia 100 hektar lahan untuk pabrik ikan, dengan kapal ikan termasuk tangker pengumpul satu unit, kapal tangkap tiga unit, longline 15 unit, penangkap tuna satu unit, 100 hektar lahan biodiesel, termasuk fasilitas produksi, kantor, perumahan dan klinik kesehatan. 65 hektar tanaman jarak pagar, 235 hektar lahan untuk kantor pusat.
Di Aru dan Malra, rencana pembangunannya dimulai awal 2009 dan dalam waktu 5-6 tahun ke depan, diharapkan produksinya sudah normal. Esomar menjelaskan, sistem penangkapan akan tetap menggunakan juga sistem penangkapan lokal yang selama ini berlangsung. Pihaknya mematok target, Malra akan menjadi industri biodiesel dan bioetanol terbesar melampaui Cina.
Bupati Rentanubun berharap, PT. Aliga dan mitranya yang telah menyatakan kesediaannya berinvestasi, tidak menjadikan Malra sebagai pusat bahan baku yang akan dikirim dan diolah ke luar melainkan sebagai pusat industri yang menghasilkan produk barang jadi dan siap untuk dipasarkan.
"Karena rakyat dan Pemkab Malra sudah siap mendukung semua kegiatan industri yang akan dibangun PT Aliga dan mitra-mitranya," ujar Rentanubun. (TL-01/SM-13)

Dari Suara Maluku, 17 Desember 2008

3 komentar:

vincent mengatakan...

Apa mungkin desa Ngilngof menyerahkan tanah 100 ha untuk PT.Alga dan PT.Mina Marut. Apa track record 2 PT itu yang telah terlihat ? Di mana lahan pertanian/ladang untuk sekarang dan waktu mendatang.Apa telah dibicarakan dengan semua warga Ngilngof baik di kampung maupun di rantau? Siapa yang menyerahkan ? Dia menyerahkan atas nama warga Ngilngof mana/siapa ? Apa sudah dibuat studi amdal, ? Apa isi MOU dengan masyarakat Ngilngof ? Bukalah mata untuk melihat dampak positif-negatif dan MOU yang dibuat dengan perusahaan mutiara di Ohoiwa. Ngilngof milik kita semua, bukan milik milik orang per orang. Tanah Ngilngof telah diperjuangkan oleh para leluhur secara bersama, maka patutlah dibicarakan bersama dengan melibatkan Ohoilluk Ohoitel nangan.

Adonina Renjaan mengatakan...

This means that our whole flora and fauna will be destroyed.. industry only destroyed not build.. bio-oil is the same as oil, they just gave it another name.. We should respect our mother earth! Don't take anymore sources out of here, cause we already took too much! Why do you think the Almighty left our islands the way they are..because of a higher purpose and no other than that! Now the americans want to "help" us, but keep in mind that the same americans pressured holland and were the ones that made shure our Maluku became part of Indonesia! You will make others rich in money, while you are richer than anyone in western community.. All around the world it is peoples dream to live in an enviroment like yours.. Open your eyes and see.. this is the time as all ancient tribes are telling us. Listen to your hearts and to the nature around you, not to the sounds and lies of western community!

Ngilngof Feletnai mengatakan...

FENOMENA APA INI...????

JANGAN JUAL "TANAT NGILNGOF" KA... KALO BOLEH KASIH KONTRAK SAJA MO...

JANGAN SAMPAI INI KASIH SEMPIT RUANG GERAK GENERASI PENERUS NGILNGOF NIH...
MOGA TUA-TUA SUDAH PERTIMBANGKAN DENGAN BIJAKSANA...

INTINYA YANG KATONG MUDA-MUDA INI MAU BERJUANG APA SAJA AGAR ORANG NGILNGOF SEJAHTERA...

KATONG RESPEK ORANG TATUA... ASAL JANG SAMPE DONG SALAH PERHITUNGAN...
TAKUTNYA KALO KATONG DIRUGIKAN...

WE LOVE EVAV, WE LOVE NGILNGOF...
TILL WE DIE... DON'T HURT MY GENERATION... KALO SAYANG NGILNGOF JANG BIKIN RUSAK E...

UNTUK ORANG TATUA KATONG MINTA: "WUJUDKAN NGILNGOF YANG DAMAI BAHAGIA!!!!!"